makalah hak dan kewajiban manusia terhadap Allah
HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA TERHADAP ALLAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KULIYAH
dosen Pengampu: Ahmad Saifudin, S.Ag., M.S.I
Disusun Oleh:
Muh. Iqchsan (145610186)
Muhammad B (145610152)
Khatibul Umam (145610153)
SISTEM INFORMASI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN INFORMATIKA AKAKOM YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah agama (islam) dengan
pokok bahasan “hak dan kewajiban manusia terhadap Allah”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang penyusun hadapi namun dengan semangat dan kerjasama penyusun dan
dibantu semua pihak akhirnya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penyusun sangat menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk lebih baik dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Yogyakarta,
06
Desember 2014
Penyusun
Daftar isi
kata pengantar............................................................. I
daftar isi...................................................................... II
Bab I: PENDAHULUAN........................................... 1
1.1 latar belakang......................................................... 1
1.2 rumusan
masalah.................................................... 1
1.3 tujuan....................................................................... 1
Bab II: PEMBAHASAN............................................. 3
2.1
kewajiban manusia terhadap Allah......................... 2
2.2
hak manusia sebagai makhluk Allah......................... 5
Bab III:
Penutup......................................................... 7
3.1 kesimpulan.......................................................... 7
Daftar pustaka....................................................... 10
Bab I
PENDAHULUAN
1.1
latar belakang
Manusia
merupakan makhluk yang cenderung memanfaatkan sunnatullah, dengan jalan
mengambil yang enak-enaknya saja untuk kepentingan hidupnya. Fenomena ini
memperlihatkan kecenderungan atas perilaku manusaia yang berakibat kepada
egonya. Apakah itu dalam hubungan dengan sesama manusia atau dengan alam.
Bahkan dalam urusan beribadah pun masih saja manusia yang berperilaku seperti
ini.
Sering kali
manusia hanya menuntut hak dan tidak menghiraukan kewajibannya sebagai makhluk Allah.
Mereka hanya mementingkan menuntut hak dari pada menjalankan kewajiban. Bahkan manusia
hanya berdoa saat dalam keadaan
sulit saja.
1.2
rumusan
masalah
Dari latar
belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa kewajiban manusia terhadap Allah?
2.
Apa hak manusia sebagai makhluk Allah?
3.
Bagaimana manusia menjalankan kewajibannya sebagai makhluk Allah?
4.
Bagaimana manusia mengusahakan haknya terhadap Allah?
1.3
tujuan
1. mengetahui kewajiban manusia
sebagai makhluk Allah
2. mengetahui hak-hak manusia
sebagai makhluk Allah
3.
mengetahui cara manusia memenuhi kewajibannya sebagai makhluk Allah
Bab II
PEMBAHASAN
2.1
Kewajiban Manusia Terhadap Allah
Manusia diciptakan
oleh Allah ke dunia sebenarnya memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi
dalam hidupnya. Tanggung jawab ini sejalan dengan hak-hak yang Allah anugerahkan
kepadanya. Tentunya hak-hak tersebut ia peroleh dibarengi dengan kewajiban yang
ia tanggung. Karena hak dan kewajiban haruslah berjalan berbarengan. Keduanya
tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Jika keadaanya tidak seimbang maka akan
mengakibatkan ketidakseimbangan yang akan merugikan manusia itu sendiri.
Nabi bersabda:
“Tunaikanlah
kewajibanmu dan mintalah kepada Allah untuk mendapatkan hakmu(HR:
Bukhari-Muslim)”
Jika
dihubungkan dengan kewajiban yang dikenal dalam islam, maka dapat difahami
bahwa manusia sebagai makhluk Allah memiliki kewajiban. Kewajiban ini dimiliki
oleh setiap pemeluknya. Setiap dari mereka memikul tanggung jawab yang dipikul
masing-masing. Sehingga setiap individu memiliki beban dalam memenuhi
kewajibannya tersebut.
Memenuhi
kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang muslim juga bisa diartikan sebagai
bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala hak-hak kita yang telah
dipenuhinya. Sehingga, seperti yang telah dibahas di atas, antara kewajiban dan
hak selalu berjalan beriringan. Jika kita memenuhi kewajiban kita dengan baik,
maka Allah senantiasa selalu menambah nikmat kepada kita. Selalu memenuhi
hak-hak yang semestinya kita peroleh. Tentunya dalam memenuhi kewajiban di sini
harus lillahi ta’ala. Yaitu dikerjakan karena mengharap ridha Allah semata.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surat Ibrahim ayat 7:
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
7. Dan (ingatlah juga), tatkala Allahmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".
Beberapa kewajiban seorang muslim yang dikenal
antara lain:
a.
menyembah Allah dan taat pada
perintahnya
sebagai seorang muslim yang
beriman, maka diwajibkan kepadanya untuk beribadah hanya kepadanya. Tidak
dibenarkan seorang hamba menyembah kepada selainnya. Jika kita mengingat awal
penciptaan manusia, maka kita akan melihat bahwa Allah SWT menciptakan manusia
hanyalah untuk beribadah kepadnya. Allah berfirman dalam QS Adz-Dzariyaat, 56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
56. Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Sudah tergambar jelas bahwa Allah
manciptakan makhluknya terutaman manusia dalam konteks ini hanyalah untuk
menyembahnya. Namun tidak berarti
bahwa Allah butuh disembah. Karena Allah berdiri dengan sendirinya dan tidak
mengurangi kekuasaan dan kemuliaanNya. Selanjutnya kewajiban manusia sebagai
makhluk Allah adalah mentaati semua yang telah Allah perintahkan kepada
hambanya. Dalam firmannya surat An Nisa’ ayat 65
xsù
y7În/uur
w
cqãYÏB÷sã
4Ó®Lym
x8qßJÅj3ysã
$yJÏù
tyfx©
óOßgoY÷t/
§NèO
w
(#rßÅgs
þÎû
öNÎhÅ¡àÿRr&
%[`tym
$£JÏiB
|MøÒs%
(#qßJÏk=|¡çur
$VJÎ=ó¡n@
ÇÏÎÈ
Artinya: Maka demi Allahmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (QS: An Nisa’ 65)
Diterangkan
juga dalam hadits rasulullah SAW “Tidak
beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginanya) telah
datang dariku (al-quran dan hadist) (HR. Abi ashim al-syaibani). Dapat disimpulkan bahwa
tidak beriman seseorang sebelum mengikuti perintah-perintah allah. Dengan kata lain, seseorang dikatakan beriman jika dia mentaati perintahNya. Mengerjakan semua amal ibadah yang telah Rasul tuntunkan.
b.
Tidak menyekutuan Allah dengan
makhluknya
Sebagai sang pencipta maka tidak
ada suatu apapun di dunia ini yang dapat disamakan (disekutukan) dengan Allah
SWT. hanya Allah yang wajib disembah. Adalah isa
besar bagi seseorang yang menyekutukan Allah SWT. Sesuai firmanNya,
¨bÎ)
©!$#
w
ãÏÿøót
br&
x8uô³ç
¾ÏmÎ/
ãÏÿøótur
$tB
crß
Ï9ºs
`yJÏ9
âä!$t±o
4
`tBur
õ8Îô³ç
«!$$Î/
ôs)sù
¨@|Ê
Kx»n=|Ê
#´Ïèt/
ÇÊÊÏÈ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengampuni isa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An
nisa’:116)
Seseorang yang menyekukan Allah dengan
makhluknya adalah merupakan termasuk orang-orang yang merugi. Sebagai seorang
muslim yang beriman, maka wajib
berusaha menghindari perilaku-perilaku yang bisa mendekatkan dirinya dari
kesyirikan.
c.
Bersyukur atas segala nikmat Allah
Tidak ada yang lebih pantas bagi sesuatu yang telah diberi selain berterima
kasih dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah diberikan untuk tujuan
diberikanya. Adapun manusia yang telah diberi banyak kenikmatan, seharusnya
selalu bersyukur kepadaNya. Dalam surat Al Baqarah ayat Allah berfirman:
ÎTrãä.ø$$sù öNä.öä.ør& (#rãà6ô©$#ur Í< wur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. 152
Ketika nikmat
kita peroleh, maka akan ada dua kemunkinan yang dialami oleh manusia. Yang
pertama adalah lalai bersyukur karena nikmat tersebut. Dan yang kedua senantiasa
mengingat untuk selalu bersyukur atas apa yang ia peroleh pada hari itu.
Sebagai
seorang mukmin sejati, wajib hukumnya kita selalu mengingat untuk mensyukuri
segala hal yang kita dapatkan. Kita bisa bersyukur dengan berbagai cara.
Misalnya, dengan membelanjakan harta kita di jalan yang dibenarkan oleh agama,
Bersedekah, mencari nafkah dengan cara yang halal, dan lain sebagainya.
2.2
Hak Manusia Sebagai
Makhluk Allah
sejak manusia dilahirkan ke dunia, pada saat itu allah telah menetapkan
kewajiban-kewajiban manusia sebagai ciptaanNya untuk menjalankan
perintah-perintahNya, namun pada saat itu pula Allah menganugerahkan hak-hak
yang akan ia peroleh selama ia hidup di dunia. Ketika seseorang telah
melaksanakan kewajibannya sebagai makhluk Allah maka dia juga mendapat hak
untuk kewajiban yang telah dijalaninya tersebut.
Setiap orang yang melaksanakan kewajiban, cepat atau lambat, baik langsung
maupun tidak langsung, pasti akan mendapatkan haknya. Tetapi, tidak setiap
orang yang menuntut hak dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Allah telah
berfirman dalam surat An Najm ayat 39:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,”
Setelah manusia menjalankan kewajibannya, Maka dia sepantasnya memperoleh
hak-hak yang seharusnya ia peroleh. Misalnya hak ganjaran dan pengampunan.
Apa saja yang seorang hamba kerjakan
ketika ia hidup di dunia sepantasnya memperoleh ganjaran dari tuhan yang
maha esa. Seberapapun amal yang ia kerjakan maka sebanyak itu ia peroleh. Jika
amal baik yang ia kerjakan, maka balasannya adalah kebaikan pula. Namun jika
kejelekan yang ia kerjakan, maka seorang hamba dituntut untuk memohon ampun
atas kesalahannya itu. Karena jika tidak maka balasannya adalah kejelekan pula.
Allah berfirman dalam surat Az-Zalzalah
7-8:
`yJsù
ö@yJ÷èt
tA$s)÷WÏB
>o§s
#\øyz
¼çntt
ÇÐÈ `tBur
ö@yJ÷èt
tA$s)÷WÏB
;o§s
#vx©
¼çntt
ÇÑÈ
“Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya[7]. Dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula. [8]”
Oleh sebab itu sebagai seorang hamba harus selalu meyakini bahwa setiap
amal perbuatan yang dikerjakannya akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Hak-haknya sebagai hamba tidak akan diingkari oleh tuhan yang maha esa. Dan hal
ini sejalan dengan kewajiban-kewajiban yang harus ia laksanakan di samping hak-hak yang ia peroleh selama hidup di dunia.
Selain dengan mengerjakan perintah wajib (amal baik) yang telah disebut di atas banyak usaha atau cara yang dapat dilakukan seorang hamba untuk
mendapat hak-haknya dari Allah seperti berdoa. Allah mewajibkan kita
banyak-banyak berdoa kepada-Nya, dan menjanjikan serta menjamin untuk
mengabulkan ia para penia. Dan tentu saja kita wajib meyakini dan mengimani
janji serta jaminan itu sebagai sebuah kepastian, karena itu janji dan jaminan
dari Allah Yang Maha Menepati janji.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
sesungguhkan Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia (benar-benar) berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186).
Doa adalah ibadah yang wajib kita tunaikan. Tapi doa sekaligus juga
merupakan kebutuhan asasi kita. Disatu sisi doa sebagai bukti pengakuan akan
pengakuan akan kekurangan, kelemahan dan keterbatasan diri kita sebagai hamba
yang fakir dan selalu butuh dzat yan maha kaya, Allah SWT. Sehingga hanya
orang yang sombong saja yang tidak mau
memohon dan berdoa padanya. Bahkan Allah telah mengancam mereka yang tidak mau
memohon padanya dengan nereka jahannam. “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (QS: al mukmin ; 60)
Bab III
Penutup
3.1 kesimpulan
Sebagai
makhluk Allah yang baik tentunya kita sebagai makhlukNya telah diperintahkan
untuk melakukan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai
pahala (hak) yang kita peroleh dariNya adalah kita tidak akan mendapat siksa di
akhirat kelak. Seperti yang telah difirmankan:
ô`yJÏ9ur t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u Èb$tF¨Zy_ ÇÍÏÈ
Dan bagi orang yang takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua syurga (QS; Ar Rahman: 46)
Allah tidak memberi apa yang
manusia inginkan
Banyak cara
yang dapat dilakukan seorang hamba Allah untuk mendapatkan haknya. Salah satu
dengan berdoa. Namun yang Perlu digaris bawahi adalah, tidak jarang manusia menginginkan
haknya semata akan tetapi melalaikan kewajibannya sebagai hamba Allah. Terkadang hanya berdoa saat dalam keadaan sulit saja.
Padahal belum tentu Allah akan mengabulkan doanya tersebut. Bisa jadi Allah
menangguhkan ia hamba tersebut dan mengganti denngan hal yang lain, semisal
terselamatkan dari kecelakaan dan lain sebagainya.
Daftar pustaka
1.
H. Jalaluddin. 2005. Psikologi
Agama. Jakarta. RajaGrafindo.
2.
Soedirman, Moch. Basofi. 1995. Eksistensi
Manusia Dan Agama. Jakarta. Yayasan annash
3.
2014. https://www.facebook.com/marimembacaayatsucialquran?fref=nf.
7 desember 2014
Komentar
Posting Komentar